Di zaman dahulu kala, tersebutlah sekelompok kawanan perompak alias
bajak laut yang sangat tangguh. Mereka membajak setiap kapal-kapal
dagang yang melintasi Perairan Karibia yang melalui Terusan Panama.
Kawanan bajak laut ini dipimpin oleh seorang kapten bernama Jack Sparrow
yang sudah tidak disangsikan lagi kelicikannya. Dengan topi tengkorak
hitam yang besar khas bajak laut dia menakhkodai kapal bajak lautnya
yang gagah perkasa.
Suatu masa salah satu krunya yang bertugas di dek kapal izin cuti
karena istrinya mau melahirkan. Posisi kru ini sangat penting, yaitu
bertugas untuk merekam kehidupan biota bawah laut melalui aquarium yang
terpasang di dasar kapal. Hasil rekaman tersebut akan dijual ke National Geographic
yang uangnya lumayan buat pemasukkan tambahan kapal. Sebenarnya Kapten
Jack berat untuk memberikan izin. Namun, dengan alasan kemanusiaan
akhirnya Kapten Jack pun memberikan izin cuti kepada krunya tersebut.
Kapten Jack bingung siapa yang akan menggantikannya. Dia pun meminta
nasihat kepada Manajer Personalia kapalnya, Laksamana Raja Dilaut.
Kapten Jack, “Aduh… pusing kali bah, kepalaku ini!!!” (Bahasa Khas Batak)
Laksamana, “Ade ape kapten? Ape gerangan yang nak buat kepala kapten pusing ni?” (Bahasa Khas Melayu)
Kapten Jack, “Ah… kerjaan kau ini apa aja? Masak tak tahu ada
karyawan kita yang cuti. Macam mana pula kau ini? Tambah pening
kepalaku.”
Laksamana, “Oh, iye kapten. Maafkelah silap hamba kapten… hehe.”
Kapten Jack, “Sekarang tak usah banyak cakap kau. Kasihlah aku ini solusi biar masalah ini cepat selesai.”
Laksamana, “Bagaimane kalau kite buke Open Recruitment aje kapten, ye OR-OR gitulah?”
Kapten Jack, “Apa pula itu? OR-OR itu jenis binatang apa pula lagi?”
Laksamana, “Bukan… bukan binatang kapten. Itu semacam pembukaan lowongan kerjalah buat gantikan kru kite yang nak cuti tadi…”
Kapten Jack, “Okelah yang penting aku tahunya beres aja. Kau kutunjuk jadi korlak-nya.”
Laksamana, “Iye, siap kapten!”
Setelah mendapat instruksi dari Kapten Jack, Laksamana Raja Dilaut
segera menyebar selebaran yang berisi OR tersebut ke seluruh negeri. Tak
terkecuali Indonesia. Selebaran itu pun akhirnya melayang-melayang dan
akhirnya sampailah ke Glodok, tepatnya di salah satu kios penjual VCD
bajakan Wan Abut. Wan Abut sempat bingung ketika melihat selebaran itu,
tetapi setelah membaca sebentar dia pun tersenyum lebar.
Wan Abut pun bergumam dalam hati dengan bahasa khas Betawi, “Asyik
ada lowongan kerje ini. Siape tahu aye bise keterime ni hehe. Apalagi
nama perusahaannya PT Bajak Raya cocok banget dah dengan profesi aye
sekarang sebagai pembajak… hehe”.
Wan Abut pun segera menghubungi contact person di selebaran itu, namanya Laksamana Raja Dilaut.
Wan Abut, “Namenye aneh banget dah. Kayak lagu-lagu Melayu gitu. Nomor HP-nya juga aneh. Ckckckc.”
Dengan hati yang ragu Wan Abut pun memberanikan diri untuk menelpon CP itu. Tak berapa lama di ujung sana telepon pun diangkat.
Laksamana, “Assalamu’alaikum. Halo siapa ni?
Wan Abut, “ Wa’alaikumsalam. Apa bener ni PT Bajak Raya?”
Laksamana, “Iye, ade ape?”
Wan Abut, “Ngomong-ngomong katenye di sini ade lowongan kerje ye. Gimana tu ceritenye?”
Laksamana, “Oh… kau tinggal bikin CV dan Surat Lamaran Kerja je. Ntar kalo lulus kualifikasi dihubungi buat wawancara.”
Wan Abut, “Oke terima kasih …”
Singkat cerita Wan Abut pun terpilih untuk menjadi kru di kapal
Kapten Jack Sparrow. Dia tidak menduga bahwa kerjaan yang dia lakoni
sekarang lebih menantang dan memang cocok dengan jiwanya yang suka
berpetualang. Dia pun dengan baik menjalankan tugasnya merekam biota
bawah laut.
Suatu saat Wan Abut mendapat kerja lembur untuk merekam dari pagi
hingga siang hari. Ketika siang hari dia sangat kehausan. Dia pun lupa
untuk membawa bekal minum dari atas kapal.
Wan Abut, “Duh…view-nya lagi bagus-bagusnya nih. Sayang kalo
dilewatkan. Tapi aye haus banget nih males buat ngambil air minum ke
atas kapal”.
Wan Abut pun berpikir sejenak.
Wan Abut, “Kok aye bodoh banget yak. Yang lagi aye rekam ini kan air.
Terus sekarang lagi haus karena belum minum air. Mendingan gua ambil di
sini aje biar gak capek-capek ke atas. Lagian di atas Kapten Jack lagi
tidur. Gak enaklah permisi-permisi ntar gua disemprot lagi…”
Wan Abut pun melubangi aquarium tersebut. Air pun terpancar dari lubang aquarium yang retak.
Wan Abut, “Asyik…di sini lebih asyik nih. Airnya mancur sendiri. Jadi tinggal pasang mulut kuda nil aje… haha.”
Tak berapa lama kemudian retakan dari aquarium menjalar ke seluruh
sisi. Akibat tekanan air yang begitu kuat akhirnya aquarium itu pun
pecah. Sekonyong-konyong air laut yang dahsyat pun membanjiri seisi
kapal. Kapal pun pecah dan karam gara-gara ulah Wan Abut.
Kisah Kapten Jack Sparrow pun diangkat menjadi sebuah film The
Pirates of Carribean dengan bintang Johnny Depp tentunya dengan versi
yang lain.
Kisah di atas mengingatkan kita bersama dengan hadits safinah (kapal
laut). Nu’man bin Basyir r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda;
“Perumpamaan orang yang patuh dengan batasan-batasan (hukum) Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti sekelompok orang yang sedang menumpang di sebuah kapal laut. Sebagian penumpang kapal berada di atas dan sebagian yang lain berada di bawah. Ketika orang-orang yang berada di bawah memerlukan air, mereka harus melalui orang-orang yang berada di atasnya seraya berkata, ‘Sepertinya, lebih baik kita membuat lubang kecil pada kapal ini untuk mendapatkan air yang kita perlukan, dan kita tidak akan menyusahkan orang yang berada di atas kita!’ Jika mereka dibiarkan dan rencana tersebut tidak dicegah, mereka (penumpang yang berada di bawah itu) dan penumpang lainnya pasti binasa. Jika dicegah, meraka akan selamat dan penumpang lainnya juga akan selamat.” (H.R. Bukhari)
Dari kisah di atas dengan berpijak pada hadits safinah ada beberapa
hikmah yang dapat diambil. Pertama Kapten Jack mungkin lupa atau tidak
memberi nasihat kepada Wan Abut untuk tidak mengambil jalan pintas
mendapatkan air. Kalau pun sudah memberi nasihat, hendaknya nasihat yang
diberikan Kapten Jack kepada Wan Abut haruslah dengan hikmah agar Wan
Abut dapat menerima nasihat itu dan mengetahui konsekuensi yang harus
ditanggung bersama jika tidak mematuhi instruksi dari Qiyadah Jack.
Hikmah yang kedua yang bisa diambil adalah dari sikap Wan Abut yang
mengambil jalan pintas untuk mendapatkan air. Semestinya Wan Abut harus
lebih sabar. Walaupun dengan alasan takut menganggu Kapten Jack yang
sedang tidur di atas, Wan Abut harus yakin kalau tujuannya untuk
mengambil air, Kapten Jack pasti tak akan marah karena ini demi
kemaslahatan bersama. Sebenarnya niat Wan Abut baik untuk tidak
mengganggu Kapten Jack, tetapi terkadang niat yang baik yang
diejawantahkan dengan tindakan yang tidak baik akan menghasilkan hal
yang tidak baik pula. Hikmah terakhir yang bisa kita tangkap adalah
bahwa setiap orang dalam kapal itu adalah satu kesatuan tidak berdiri
sendiri. Jika satu tubuh sakit maka bagian tubuh yang lain pun akan
merasa sakit. Apabila satu kelompok melakukan kejahatan maka azabnya
tidak hanya ditanggung oleh yang melakukan kesalahan yang tidak
melakukan kesalahan pun terkena. Di sinilah urgensi amar makruf nahi
munkar.
Mau jadi apapun kita, entah mau jadi Kapten Jack Sparrow, Laksamana
Raja Dilaut, ataupun Wan Abut, kita harus menjalankan amanah yang telah
diberikan dengan sebaik mungkin. Agar Kapal Dakwah ini dapat melaju di
antara gelombang-gelombang besar dan sampai ke Pulau Impian kita semua,
negeri impian kita semua. Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghoffur.
Sumber : https://mymurabbi.wordpress.com